[Ficlet] Reflection

PhotoGrid_1439074190006

Thanks to SantiiAng for the cover❤

Cast: Choi Seungcheol (S.Coups) [Seventeen], Choi Hansol (Vernon) [Seventeen], Jenny Muff [OC] || Genre : Romance, Sad, Hurt, Pshycology || Rating : T || Length : Ficlet 

A story written by ZulfArts

Enjoy! 

Gadis berpakaian rumah sakit itu duduk di bangku taman. Wajahnya kusut, matanya sayu. Badannya tak bugar seperti dulu, seperti ada racun yang menggerayangi tubuhnya. Pegal-pegal, lelah, dan terkadang juga pusing.

Jenny menaikkan sudut bibirnya, kala netranya menangkap sosok pria berambut ikal tengah memakai headphone berwarna merah cerah sedang bermain dengan papan beroda empat berwarna senada. Pria itu berulang kali menaiki skateboard kesana kemari. Sesekali netranya bertemu dengan milik Jenny lalu saling bertukar senyum.

Jenny senang, melihat rambut pria itu beterbangan dengan irama angin. Matanya tak bosan menelisik bagaimana indahnya paras pria itu. Sudah beberapa bulan ke belakang Jenny bertemu dengan pria bermarga Choi itu. Pria blasteran Amerika-Korea dengan wajah dominan kebarat-baratan. Giginya rapi, seolah membuat wajahnya semakin bersinar kala ia tersenyum.

Manis sekali. Jenny menyukai Choi Vernon.

“Jenny!” Seseorang memanggilnya dari ambang pintu. Seorang pria yang lain. Bukan Vernon, si pria berheadphone merah. Namun pria lulusan Harvard University yang tengah memakai jas panjang berwarna putih dengan nampan berisi beberapa obat berwarna-warni dan segelas air putih. Leher pria itu dibalut syal berwarna merah marun. Seingatnya, merah marun adalah warna yang pernah disukai mereka berdua. Dulu.

“Sudah waktunya minum obat.” Ujar pria itu sembari menampakkan senyumnya. Senyumnya sama manisnya dengan milik Vernon, namun gadis berwajah pucat itu semakin teriris kala melihat dokter yang menanganinya tersenyum.

Jenny membenci dokter itu. Beberapa kali pula ia mencoba keluar dari rumah sakit karenanya. Dokter itu bilang, jiwanya terganggu. Kendati pun Jenny tak merasa sakit, namun pria berjas putih itu tetap berkata bahwa gadis bernetra biru cerah itu harus dirawat disini.

“Cih,” gadis itu mencibir, membuang muka. Netranya kembali menelisik setiap sudut taman. Mencoba mencari sosok Vernon yang sering tiba-tiba hilang begitu saja.

“Maafkan aku, Jenny. Semua ini karenaku.” Seungcheol. Pria yang sekarang berprofesi sebagai dokter yang menangani gadis bersurai coklat itu. Seungcheol berusaha tak menampakkan wajah sedih, ia mencoba tersenyum, memperlihatkan deretan gigi rapinya. Walau sebenarnya ia ingin sekali memeluk gadis di depannya untuk meminta maaf.

“Kau masih sering melihat Vernon? Bagaimana keadaannya?” Tanya dokter itu sembari berjongkok dan meletakkan nampan obat di samping Jenny.

“Akhir-akhir ini dia sering menghilang, sama sepertimu. Hilang begitu saja tanpa pamit. Namun setidaknya Vernon akan kembali, kemudian tersenyum padaku. Ya, hanya padaku.” Jelas gadis itu tanpa ingin melirik sang dokter sedikitpun.

“Maafkan ak-“

“Berhentilah meminta maaf. Semakin banyak kau meminta maaf, semakin besar kesalahanmu.” Jenny menatap langit, berusaha melupakan betapa pedihnya hidup gadis itu. Ia tak ingin lagi menangis, rasanya air matanya sudah kering. Pria itu terlalu picik untuknya.

“Bagaimana tunanganmu? Kapan menikah?” Tanya Jenny lagi. Gerak mulutnya reflek mengatakan hal itu. Seolah bukan otaknya yang bersikap rasional menuntunnya, bagai bisikan yang membuat lukanya semakin terbuka ketika ia mengucapkan hal itu.

“Berhentilah, Jenny. Tak ada tunangan ataupun menikah. Aku masih menunggumu,”

“Pembohong.” Kendati pun air matanya serasa kering, namun setetes liquid berhasil lolos dari matanya. “Kau tak pernah menungguku.”

Pria itu bungkam, berkali pun ia mencoba untuk menjelaskan keadaannya di masa lalu, namun Jenny bersikeras dengan pendapatnya sendiri. Gadis itu terlalu keras kepala, seolah pendapat dan argumennya adalah yang paling tepat. Termasuk tentang sosok Vernon yang hanya bisa ditangkap oleh netra biru gadis itu.

“Aku hanya-“

“Berhentilah beralasan. Aku sudah muak mendengarnya.” Jenny mengusap air mata yang jatuh melewati pelipisnya. Ia terlalu lelah, semakin lama Seungcheol diam bersamanya, lukanya semakin terbuka lebar.

Jenny lelah, Seungcheol tak pernah sependapat dengannya. Pria itu berkata ia sakit, namun Jenny benar-benar sehat. Sebenarnya, pria itu satu-satunya alasan mengapa ia menjadi sakit. Lebih tepatnya sakit di bagian dada yang meledak-ledak. Layak disamakan dengan amarah atau rasa benci. Bahkan Seungcheol bilang, Vernon itu tak ada. Namun dengan sangat jelas gadis itu melihatnya. Melihat senyumnya, parasnya, segala yang ada pada Vernon. Apa Seungcheol cemburu?

Bahkan dengan lantangnya, ia mengatakan bahwa Jenny menderita Skizofrenia. Dan berulang kali pula ia menyalahkan dirinya sendiri. Entah apa pula alasan sebenarnya. Membuat Jenny semakin bingung dan enggan melirik pria itu.

Namun, ada sebuah tanda tanya besar yang kini hinggap di pikiran gadis itu.

Mengapa Vernon dan Seungcheol secara tidak langsung memiliki banyak kesamaan?

Fin. 

A/N : okesip. Pasti ff ini aneh banget ya? Ini adalah sebuah kecaprukan tingkat tinggi yang dikemas dalam sebuah cerita yang teramat singkat seperti ini :v gatau deh, saya lagi suka sama seungcheol dan vernon. Seungcheol itu s.coups, bagi yang belum tau. Vernon itu pacar saya :v bagi yang belum tau :v intinya, ff ini pasti aneh dan gaada peminat :v atau ffnya bikin bingung? Gantung ya? :3 sengaja dong :v oiya, ff ini juga terinspirasi dari drama It’s Okay, It’s Love. Bagi yang udah nonton mungkin gaakan terlalu bingung sama ff ini :3 atau masih bingung juga?.-. /seketika ngubur diri/ 

Overall, review please. Saya masih banyak kekurangan, hiks :’

Leave a comment