[Ficlet] ARMY’s Anniv Gift, 5th – Geloso? No, It’s Jaloux!

FB_IMG_14368614397297656

Jimin x Raemi

Previous : Hoseok x Chaera

Enjoy!

Kacamata bulat setia menempel pada batang hidungnya. Stelan kemeja putih dengan dasi hitam dan juga nametag yang bertengger di lehernya menjadi pakaian sehari-harinya saat ini. Jimin menghela napas berat. Pekerjaan di kantornya tidak sama sekali membuatnya tenang. Berkas-berkas yang menumpuk masih menjadi tontonannya saat ini. Menandatangani beberapa proposal dan juga menghitung banyaknya pengeluaran dan pendapatan yang masuk tak luput dari perhatiannya.

Sebenarnya, Jimin tak pintar ekonomi.

Bukan pula bekerja sebagai bendahara.

Namun sialnya, orang tuanya menolak jika ia harus berakhir menjadi model iklan celana dalam. Oke, Jimin memang pernah bercita-cita seperti itu. Dia memiliki tubuh yang bagus, bukan salahnya jika ia ingin mengekspos tubuh indahnya itu dengan cara menjadi model iklan celana dalam.

Jimin bodoh, kan?

Tenanglah. Dia tak sebodoh itu.

Beruntung sekali akhirnya ia dapat duduk di kursi hitam yang empuk untuk meneliti banyaknya kertas yang ada di hadapannya. Setidaknya, gaji menjadi asisten direktur dalam sebuah perusahaan penerbitan buku jauh lebih besar dibanding menjadi model iklan celana dalam. Oh, jangan lupakan juga jika Jimin ikut berperan menjadi seorang editor. Entah apa yang ada di pikirannya, walaupun sudah menjabat sebagai asisten direktur, pekerjaan utamanya sebagai editor tak ingin ia lepaskan begitu saja.

Petir masih menyambar kencang, seakan mengingatkan Jimin kepada seorang gadis yang memiliki janji temu dengannya. Dengan segera ia mempercepat laju pikirnya untuk segera menyelesaikan pekerjaannya saat ini.

Petir kembali memekakan telinga pria berambut merah itu. Seketika kembali teringat jika gadis dengan rambut coklat bergelombang itu ingin dibelikan buku resep memasak. Jimin berpikir sejenak, membayangkan Raemi bergulat dengan pisau dan bahan-bahan lainnya yang ada di dapur. ‘Ia akan menjadi sosok Ibu yang baik’, pikirnya.

Setelah dirasa sudah selesai, ia segera menuruni anak tangga untuk membeli satu buku resep memasak yang ada disana. Kantor Jimin memang berada di atas sebuah toko buku yang mengatasnamakan label perusahaan tempat pria itu bekerja. Ia segera melesat, berniat menerobos badai menuju suatu tempat dimana ia memiliki janji temu dengan gadisnya.

‘Duk’

Tanpa sengaja ia menabrak seorang gadis dengan tubuh indah yang tanpa sengaja pula menjatuhkan barang belanjanya. Beberapa buku tulis sukses jatuh ke lantai. Namun entah mengapa, Jimin tak segera berjongkok untuk membantu gadis itu. Ia terlalu fokus memperhatikan wajah yang terlihat familiar di matanya.

Tidak, Jimin bukan pria cabul yang akan macam-macam. Gadis di depannya memang terlihat familiar untuknya.

“Maafkan aku, aku tidak se-”

“Apakah kau kekasih si pembalap mobil oranye? Aku sering melihatmu di sekitar arena balap.” Jimin berujar to the point sembari memegang kacamata bulatnya. Tak lupa sedikit memicingkan matanya agar terlihat lebih serius.

“Huh? Bagaimana kau bisa tahu?” Gadis itu terlihat bingung, namun sedetik kemudian menyadari sesuatu.

“Oh! Ramyun?” Tebak gadis itu. Jimin menjentikkan jarinya setuju. Ternyata gadis itu bisa dengan mudah mengenalinya juga.

“Apa kau akan datang ke sirkuit sekarang? Hoseok pasti tersiksa menungguku saat ini.” Gadis itu berhasil menyelesaikan buku yang tadi berceceran ke lantai.

“Hm, begitulah. Ingin pergi bersamaku? Gadisku juga sepertinya sudah gila di sana.” Ujar Jimin membayangkan wajah Raemi yang sedang kesal. Ia tersenyum sejenak, dan sedetik kemudian mendapat balasan berupa sebuah anggukan kecil dari gadis di depannya. Ia mempersilakan gadis itu untuk membayar barangnya, kemudian pergi bersama menuju arena balapan.

Satu lap tersisa ketika mereka berdua datang. Mobil oranye milik Hoseok berdiam di posisi kedua, dan Jimin tersenyum lebar kala mendapati gadis di dalam mobil dengan warna perpaduan kuning dan hitam itu berada tepat di depan mobil Hoseok. Saat mobil Raemi melewati mereka, ia dapat sekilas melihat mata bulat gadis itu melihatnya. Jimin hanya melambai-lambaikan tangannya bangga ketika gadis itu akan mencapai garis finish pertama kali.

Namun, bayangan tak selalu sama dengan bendanya. Raemi berhasil disusul oleh mobil oranye milik Hoseok yang seketika melaju kencang. Membuatnya tertinggal beberapa meter di belakangnya dan menduduki posisi kedua. Ia berdecak sebal. Rasanya ingin sekali menghantam wajah pria berambut merah itu dengan pelindung kepala yang sedari tadi menutupi kepalanya.

Raemi berakhir dengan posisi kedua. Wajahnya merah padam, ia kesal. Dengan segera ia menghampiri Jimin yang sedang berkutat dengan rambut merah menyalanya. Gadis itu tak memperlihatkan wajah bersahabat. Namun Jimin menyambutnya dengan sebuah senyuman manis, membuat matanya seakan menjadi dua bulan sabit yang tertera pada wajah pria tembam itu.

“Ck, aku membencimu Jimin!” Raemi membuat wajah cemberut. Bibirnya maju beberapa senti dan pipinya mengembung seketika. Ia membiarkan poninya yang basah karena keringat tertiup angin saat ini. Tak berniat sedikitpun meraih handuk yang diberi oleh Jimin sekarang.

Jimin hanya tersenyum, tak menggubris pernyataan tak masuk akal yang dilontarkan gadisnya. Ia meraih kening Raemi dan segera mengusapkan handuk putih yang ada di tangannya pada wajah gadis itu, guna menghilangkan tetes keringat pada wajah gadisnya.

Raemi menepis tangan Jimin, “Aku serius, Jimin. Aku membencimu!”

“Tsk, ayolah. Ada apa lagi, sayang?” Pria itu membelai surai coklat bergelombang gadisnya dengan lembut. Ia melakukan hal itu tanpa menghilangkan senyum manis pada wajah imutnya.

“Kau bodoh? Ayolah, Jim. Apa kau sengaja datang terlambat kemari karena berduaan dengan kekasih J-Hope?” Raemi menatap wajah pria itu serius. Tertera tatapan kecewa pada sorot matanya. Ia terlalu kesal pada pria itu.

“Apa kau sedang cemburu?” Jimin malah menggoda gadisnya yang sedang marah. Membuat emosi pada diri Raemi tersulut. Bodoh, Jimin mungkin memang benar-benar bodoh.

“Cemburu? Tsk. Kau itu mengganggu konsentrasiku Jim. Aku kalah karenamu!” Sembur Raemi seraya menyangkal pernyataan Jimin sebelumnya. Wajahnya masih menandakan amarah. Namun Jimin masih setia dengan senyumannya.

“Rambut merahmu itu seketika tertangkap irisku, kau pikir melambai-lambai tak membuat konsentrasiku hancur? Ditambah kau datang berduaan dengan gadis bertubuh sexy itu, apa maumu-”

“Bukankah itu wujud dari rasa cemburu, Raemyun?” Jimin semakin menggoda gadisnya. Membuat wajah Raemi merah padam. Ia marah, namun juga terlalu gengsi untuk menyatakan jika ia memang cemburu.

“Tsk, terserah sajalah!” Raemi berlalu menjauhi Jimin. Pria itu hanya menggeleng, terlalu gemas melihat tingkah kekanakan gadisnya yang terlihat lucu di matanya. Caranya cemburu membuatnya berkali lipat lebih mencintai gadis pembalap itu.

“Hei! Kau mau kemana?! Raemyun!” Jimin berseru sembari menahan pergelangan tangan gadisnya. Membuatnya otomatis berhenti dan kambali berhadapan dengan pria kantoran yang berstatus sebagai kekasihnya itu.

“Kemana lagi? Tentunya membawa mobilku dan membawamu menuju neraka, Jim! Aku akan menggilasmu!” Raemi menghempaskan tangan Jimin yang menggenggamnya sedari tadi. Namun Jimin berhasil meraihnya kembali. Kali ini membuatnya benar-benar berhadapan. Jimin menggenggam dua tangan gadisnya yang masih berkeringat, lalu menatapnya dengan intens.

“Maafkan aku, Raemyun.” Ujar Jimin lembut masih menatap gadisnya dalam.

“Hentikan omong kosongmu, pergi saja dengan gadis sexy itu! Kau sangat buruk, Jim.” Raemi mulai terlihat berkaca-kaca. Ia memang gadis dengan tingkat cemburu yang tinggi dan mudah menangis. Dan anehnya, ia mempunyai profesi yang layak disamakan dengan lelaki gagah berani.

“Ayolah Raemyun, aku bekerja seharian. Tak ada waktu untuk berkencan dengan gadis lain-”

“Termasuk aku? Kau tak pernah meluangkan waktumu untukku, Jim. Kau hanya datang ketika aku hampir menyelesaikan arena. Kau tak pernah menyemangatiku dari awal, Jim.” Baiklah, kali ini gadis pecinta ramyun itu mulai menangis. Ia marah, kesal, dan merasa tak berguna saat ini. Jimin selalu mementingkan pekerjaannya, tanpa ingin melihat gadisnya berjuang mencapai garis finish sejak lampu berwarna hijau. Ia selalu datang ketika Raemi selesai dengan pertunjukan mengagumkannya. Jimin terlalu bodoh untuknya.

“Aku bekerja untuk masa depan kita, Raemyun. Maafkan aku. Kau tetap gadis terbaik untukku, Raemyun.” Ujar Jimin lembut. Ia kembali membuat kurva melengkung pada bibirnya, berusaha menenangkan Raemi yang masih mengeluarkan cairan bening dari matanya.

“Jangan menangis, Raemyun.”

“Berhentilah memanggilku Raemyun, bodoh. Sedari tadi kau membuat hujan lokal yang masuk ke mataku. Mataku perih! Aku menangis karenamu, bodoh!” Gadis itu melepas genggaman Jimin pada kedua tangannya. Ia mengusap pipi serta matanya yang basah karena air mata. Sedangkan Jimin hanya terkekeh kecil mendengar penuturan aneh dari gadisnya.

“Kau masih marah? Maafkan aku…

“Bagaimana caranya membuat gadis cemburu ini tak lagi marah?” Tanya Jimin sembari membuat wajahnya sejajar dengan gadis di depannya. Raemi mengeluarkan semburat merah pada pipinya. Jarak wajah Jimin terlalu dekat dengannya. Wajahnya berpaling ke kanan, berusaha menjauhkan wajah merahnya dari tatapan Jimin saat ini.

“Tentunya, traktir aku ramyun. Bodoh.” Gadis itu berujar tanpa ingin menatap kembali pria di depannya.

“Baiklah, satu berdua.” Ujar Jimin menyepakati. Wajahnya kembali dijauhkan, ia tersenyum lebar saat ini.

“Hey, kenapa?!” Gadis itu tak terima. Ramyun instan yang selalu mereka beli itu isinya sedikit. Dan pria bodoh berambut merah ini ingin ia membaginya?

“Apa kau tak pernah mendengar istilah ramyun kiss?”

Apa?!

Fin.

A/N : Oke, ini ga kalah absurd dari yang sebelumnya :v ada beberapa yang ingin saya bahas disini :v pertama dari judul, mungkin ini judul yang aneh :v Geloso itu dalam bahasa italia berarti cemburu. Dan Jaloux itu dalam bahasa prancis juga cemburu :v 
Endingnya… kalo ada yang bingung sebenernya itu terinspirasi dari pepero kiss :v 
Saya makin absurd sekarang. Please ngapain BTS ke indo? TvT tiketnya mahal banget gilak. Mana bisa dapet izin coba :’v oke, intinya saya galau. 
Tapi, reviewmah gaboleh kelewat atuh chingu! :’v terserah deh mau komen curhat tentang harga tiket, mau komen ffnya butut, atau apapun terserah deh. Yang penting komen :’v

Maafkan saya army, saya memang absurd orangnya. Dan juga, saya ucapkan selamat bergalau ria yang gabisa ketemu BTS live :’v tanpa bosan, saya ucapkan Happy Anniversary, ARMY

2 thoughts on “[Ficlet] ARMY’s Anniv Gift, 5th – Geloso? No, It’s Jaloux!

  1. haduh.. vlis bep jan bahas masalah tiket lagi, hayati kecewa :v
    buset daah si Jimin bener2, kalo Raemi ga mau mah mending sama gua nyok!!! guamah mau banget.. haha

Leave a comment