[FF] Euphoria

Kim Taehyung membuatku terkena euphoria
Kim Taehyung membuatku terkena euphoria

Author : Zulfa

Genre : Romance

Rating : G

Length : Drabble

Main cast :

–          Hwang Jira

–          Kim Taehyung

–          Lee SoonJi

 

Enjoy!

 

Aroma cappuccino dari cangkir yang berada di dalam tangkupan tanganku menyeruak seiring dengan asap-asap putih kecil yang mengepul meluap-luap berlarian ke udara. Aku mengedarkan pandanganku ke setiap sudut café ini, bayangan banyaknya orang masuk ke dalam mataku. Terproses oleh otak, namun aku merasakan hal lain. Aku merasa hanya sendiri di dalam café ini. Hanya suara-suara samar yang terdengar oleh telingaku. Ku fokuskan lagi pandanganku pada kopi di depanku. Yang baru kuisap beberapa waktu lalu.

Pikiranku menerawang, mengingat apa yang dikatakan SoonJi beberapa hari yang lalu. Entah mengapa dia seakan tahu semua tentangku, bahkan hal yang aku tak tahu sekalipun. Apakah dia jenius? Atau aku yang terlalu bodoh? Entahlah.

Saat itu aku dan SoonJi sedang menunggu bus di halte yang berada lima meter dari gerbang sekolah. Angin sore menerpa wajah kami berdua, membuat helaian rambut ikut berterbangan karenanya. Awan-awan abu seakan melindungi kami dari terpaan sinar mentari yang sejak tadi siang begitu teriknya menusuk kulit kami. Namun, awan itu tak menjanjikan. Bisa saja ia mendatangkan hujan atau bahkan badai beberapa menit kemudian.

“Jira-ya, aku pikir kau menunggu terlalu banyak” ujar SoonJi membobol keheningan yang menyelimuti kami sejak tadi. Aku menatapnya, tak mengerti apa yang tiba-tiba ia katakan.

“Ne?” balasku dengan wajah bingung. Tatapannya mengarah lurus ke depan, tak membalas tatapanku yang mengarah padanya.

“Kau menunggu terlalu banyak, untuk Taehyung. Kau pasti mengerti apa yang aku katakan bukan?” tanyanya. Sekarang wajahnya mengarah padaku. Taehyung? Mendengar nama itu membuat wajahku yang sekarang berpaling dari SoonJi. Aku menunduk, malas mendengar nama yang selalu membuatku seperti orang gila.

“Pertama, kau menunggu untuk tahu namanya. Aku tahu kau juga berusaha untuk tahu nama Taehyung saat itu, namun caramu tidak terang-terangan seperti teman kita yang lain saat mencari tahu namanya.” SoonJi sepertinya akan menceritakan perjalanan hidupku. Aku tak bisa melarangnya, aku juga ingin tahu apa saja hal-hal bodoh dan mungkin tak berguna yang sudah aku lakukan selama ini.

“Kedua, kau menunggu untuk tahu kelas berapa dan dimana ia bersekolah. Entahlah, kau mengetahuinya dengan caramu sendiri” ujarnya. Aku tesenyum kecil mendengar penjelasannya. Aku masih menunduk, mulai bermain-main dengan trotoar yang bersentuhan dengan sepatuku.

Bus yang sejak tadi kami tunggu ternyata sudah datang. SoonJi menggantung ceritanya dan mulai menarik tanganku. Otomatis tubuhku tertarik masuk menuju bus yang akan melaju kembali. Kami duduk bersebelahan, SoonJi duduk di kursi yang dekat dengan jendela. Itu tempat favoritnya. Dia selalu melihat-lihat pemandangan atau bahkan sekedar toko-toko yang berjejer di pinggir jalan setiap pulang atau pergi sekolah dengan bus.

Aku masih diam, SoonJi tak kunjung meneruskan ceritanya. Aku menatapnya, SoonJi terlihat fokus menatap ke luar jendela. Matanya terkunci pada toko-toko yang berjejer di sebrang sana.

“Kau bahkan menungguku melanjutkan cerita” ujarnya sambil tersenyum. Aku tertawa pelan, menampilkan deretan gigiku. Dia benar, aku memang menunggu cerita selanjutnya.

“Kau selalu menunggu untuk bisa bertemu dengannya. Kau menunggu seseorang membantumu mengatakan bahwa kau menyukainya. Kau menunggu untuk bisa mendekatinya. Kau menunggu untuk bisa bersamanya. Bahkan sampai saat ini. walau aku pikir itu hal bodoh yang sia-sia” SoonJi berkata cukup pedas pada kalimat terakhir. Aku tak mau membalas apapun, aku hanya tersenyum. Kembali berpikir, mungkin benar. Aku melakukan hal yang sia-sia.

Semua yang dikatakan SoonJi benar. Namun pikiranku masih berkutat tentang sia-sia atau tidaknya apa yang ku lakukan selama ini. Ingin berkata benar, namun aku merasa ada sesuatu yang mengganjal. Seolah bagian dari tubuhku berkata perkataan SoonJi saat ini adalah sebuah zat salah yang ada di dunia ini. Kami kembali diselimuti keheningan untuk beberapa saat.

“Apa kau akan terus diam? Membiarkan orang-orang berpikir aku berbicara pada gadis bisu?” ujarnya dengan pedas. Memang SoonJi mempunyai mulut yang pedas, mungkin iblis-iblis jahat telah merasuki lidahnya.

“Kau ingin aku bicara apa?” tanyaku balik. Namun terkadang SoonJi terlihat lucu dibalik mulut pedasnya. Aku selalu tersenyum melihat mata bulatnya mengarah fokus pada hal yang berada di sebrang jendela bus. Matanya tak mengartikan sesuatu yang begitu penting, namun kurasa hatinya berkutat tentang sesuatu. Namun aku tak begitu tahu dan mengerti apa yang berada di dalam hatinya.

“Setidaknya berikanlah komentar tentang ucapanku tadi” SoonJi menjawab dengan malas. Jika kalian mengenalnya dengan baik, mulut pedasnya itu adalah hal paling lucu yang berada pada diri SoonJi. Mulut pedasnya yang bisa membuatmu dekat dengannya, percayalah!

“Mulutmu selalu mengeluarkan kata-kata pedas. Padahal kau tidak bisa memakan sesuatu yang pedas” ucapku asal. Wajah SoonJi mengeluarkan mimik malas. Ia berdecak.

“Bukan itu, babo” ujarnya mengalihkan matanya padaku sebentar. SoonJi mengalihkan matanya dari jendela? Itu adalah suatu keberuntungan! Berarti dia memberikan perhatian padaku, haha.

Aku menghela napasku pelan. Sebenarnya bingung harus berkata apa. Kata-kata yang harus muncul dari mulutku masih diproses di dalam otak. Kata-kata itu belum tersusun menjadi rangkaian kalimat yang rapi. Lebih baik aku permainkan dulu yeoja bermulut pedas ini, hitung-hitung menunggu otakku bekerja.

“Kau juga menunggu jawabanku, SoonJi-ya!” aku mulai jahil.

“Setidaknya aku hanya menunggu sebentar, tidak menunggu bertahun-tahun hanya untuk seorang namja yang bahkan tak aku kenal” ujarnya dengan wajah dingin. Seperti biasa, kata-kata yang keluar dari mulut SoonJi selalu menusuk dan memiliki makna yang dalam dan arti tersendiri. Hei, aku juga tahu kau sedang menyindirku Lee SoonJi!

Aku menghela kembali napasku. Entah mengapa bus ini sering terasa sesak dan menyulitkanku untuk bernapas dengan baik sehingga aku perlu menghela napas dengan susahnya. Aniya, bukan salah udara dalam bus ini, lagipula busnya tak terlalu banyak penumpang. Kata-kata yeoja ini yang selalu membuatku menghela napas.

“Aku tidak menyesal atau menganggap apa yang ku lakukan sia-sia. Setidaknya mereka semua adalah pengalamanku dan bisa ku jadikan kenangan di esok hari” ujarku dengan nada yakin. Namun, aku juga yakin bahwa SoonJi tak akan puas dengan jawabanku.

“Cih, menyedihkan sekali hidupmu. Melakukan hal-hal bodoh selama ini hanya untuk sebuah kenangan” ujarnya kembali membuat hatiku sedikit tersayat. Bumi ini begitu adil, memberikan sahabat berlidah tajam untuk melatih mentalku yang sangat lemah.

Aku tersenyum kecut, tak bisa berkata apa-apa. Aku kalah, tak terpikirkan jawaban apa lagi yang harus aku lontarkan. Yeoja di sampingku ini terlalu sempurna dalam menyusun kata-kata tajam untuk menjatuhkan lawan bicaranya.

“Dan juga, aku mulai berpikir kau aneh Jira-ya” SoonJi kembali berujar. Entah mengapa aku selalu tertarik dengan kata-katanya. Sepertinya aku mulai menyukai hal yang bisa mengasah ketajaman mentalku.

Aku menatapnya meminta pernyataan selanjutnya. “Kau sering terkena euphoria”

Mwo? Euphoria? Bukankah itu penyebab kesenangan yang berlebih untuk sementara karena mengkonsumsi amfetamin?

“Aku tidak pernah makan amfetamin SoonJi-ya! Aku tidak tertarik dengan zat-zat adiktif” jawabku seadanya. Hanya itu yang aku pikirkan. Namun sepertinya SoonJi berusaha memberiku maksud lain. Seperti apa yang aku bilang sebelumnya, SoonJi memiliki makna-makna tersendiri di setiap kata-katanya.

“Kau benar-benar bodoh, Hwang Jira. Apa aku akan berteman dengan seseorang yang mengkonsumsi narkoba? Oh ayolah. Jangan berpikir sebab dari euphoria, pikirkan arti dari kata itu sendiri!” sudah kuduga.

“Kesenangan yang berlebih dalam jangka waktu singkat?” tebakku.

“Gotcha! Dan Taehyung yang menjadi amfetaminmu, karena dia yang menyebabkanmu menderita euphoria setiap kau bertemu dengannya” Apa benar? Kim Taehyung adalah amfetaminku?

Aku berpikir kembali. Cappuccino yang berada di dalam cangkir putih yang ku genggam mulai mendingin. Segeralah ku minum setengahnya secara perlahan. Aku tak begitu menikmati cappuccino yang dibiarkan hingga dingin.

Memang mungkin benar, aku terserang euphoria ketika bertemu atau bahkan hanya sekedar berkhayal tentang Taehyung. Aku selalu berkhayal dia akan menggenggam tanganku, membuatku hangat dengan menyatukan tanganku dan tangannya di dalam saku jaketnya. Entahlah, aku tak berpikir yang macam-macam. Aku hanya ingin melakukan hal itu walaupun hanya untuk satu hari saja. Hanya untuk sekali seumur hidupku. Ah, aku rasa otakku sudah terkontaminasi dengan cerita-cerita yang ada di dalam drama.

Namun, setelah dipikirkan kembali aku tak ingin terus terserang euphoria. Kurasa aku butuh kepastian. Jika saja hari ini aku terserang euphoria, aku harap kesenangan itu berlanjut sampai akhir hayatku. Bukan hanya kesenangan untuk sementara. Dan juga, jika memang aku tidak berhak untuk mendapatkan kebahagiaan yang panjang dan terus menerus sampai akhir hayatku, aku mohon hentikan euphoria ini. biarkan saja aku hidup seperti biasanya, tak terlalu bahagia namun juga tak sedih.

Aku tersenyum menatap cappuccinoku. Aku menghabiskannya masih dengan cara perlahan. Berharap di tetes terakhir cappuccino yang mengalir dalam kerongkonganku aku bisa mendapat jawaban tentang berhentinya euphoria ini.

Seseorang duduk di kursi yang berada di depanku. Aku tak begitu memperhatikannya, aku masih mengharapkan kepastian tentang berhentinya euphoriaku. Setelah cappuccinoku habis tak tersisa, aku beranjak menuju kasir untuk membayarnya. Tak peduli bahkan tak tertarik dengan orang yang duduk di depanku.

Aku berjalan melewatinya, namun aku merasa sesuatu menahan perjalananku. Sebuah tangan yang menahan tanganku. Aku tak mengenal tangan ini, apa dia orang jahat? Segera kutepis pikiran burukku. Bodoh, kenapa aku tak melihat wajahnya saja?

Aku menengokkan kepalaku, berusaha menatap wajahnya.

“Kudengar… kau ingin menyembuhkan euphoriamu?”

Kim Taehyung?

END

Leave a comment